Wednesday, 30 June 2010

Something Worth To Share.....

Don't Forget You Are Special

Many times in our lives
we are dropped crumpled and ground into the dirt
by the decisions we make and the circumstances that come our way
We feel as though we are worthless
But no matter what has happened or what will happen
you will never lose your value
Dirty or clean, crumpled or finely creased
you are still priceless to those who love you
The worth of our lives comes not in what we do or who we know
but by who we are
You are special
Don’t ever forget it




credit: Pravsworld.com

Something Worth To Share....

Monday, 28 June 2010

Bersyukur Atas Nikmat Allah

Sesungguhnya, segala sesuatu di dunia ini hanyalah dugaan bagi seluruh umat manusia. Kesusahan dan kemudahan, kemiskinan dan kekayaan, harta dan ilmu, nikmat dan musibah, pada hakikatnya hanyalah ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada para hamba-Nya. Barang siapa yang mampu bersyukur dan bersabar, maka merekalah yang nescaya termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung. Namun barang siapa yang kufur serta selalu mengikuti nafsu dan emosi semata, maka nescaya merekalah yang berada dalam kumpulan orang-orang yang merugi.

Nikmat dan musibah, kesusahan dan kesenangan, tidak lain adalah sama-sama ujian yang akan terus mewarnai kehidupan manusia. Tidak akan ada satu manusia pun di dunia ini yang bebas dari yang namanya ujian. Kerana, dengan ujian itulah maka manusia dapat menjadi makhluk yang sesuai dengan fitrahnya. Tanpa ujian, maka nescaya manusia akan terjerumus dalam liang kehinaan.

Seandainya nikmat itu bukanlah satu bentuk ujian, maka tidak akan ada manusia yang akan bersyukur kepada Allah SWT dan berbahagi dengan sesamanya. Jika musibah bukanlah satu ujian, maka tidak akan ada manusia yang akan membantu manusia lainnya, tidak akan ada manusia yang akan bersabar atas musibah yang menimpanya, dan tidak akan ada manusia yang mahu beribadah di tengah musibah yang menimpanya.

“Berbagai ujian”, itulah yang kelak akan menghantarkan manusia ke dalam naungan dan rahmat Allah SWT. Namun demikian, “berbagai ujian” itu pulalah yang nanti juga banyak menghantarkan manusia ke dalam siksa api neraka. Di sinilah pentingnya memahami dan terus mengaplikasikan rasa syukur dan sabar atas segala apa yang diberikan dan diambil oleh Allah SWT.

Nikmat adalah salah satu bentuk ujian yang akan membawa manusia memperoleh darjat yang lebih tinggi, di dunia dan di akhirat. Namunsayangnya, ternyata nikmat juga merupakan salah satu bentuk ujian Allah SWT bagi hamba-Nya yang telah banyak melalaikan mereka dari mengingati dan mentaati kepada Allah SWT. Nikmat yang telah Allah SWT tebarkan di muka bumi, justeru telah membuat banyak manusia semakin menjauh dan kufur kepada Allah SWT. Mereka lupa bahwa sesungguhnya segala bentuk nikmat yang telah mereka dapatkan adalah dari Allah SWT. Mereka menganggap, segala yang telah mereka miliki adalah hasil jerih payah mereka sendiri, semata kerana kepandaian mereka sendiri. Dalam hal ini Allah SWT telah berfirman di dalam Al Quran, yang ertinya:

“Dan jika kami melimpahkan kepadanya sesuatu rahmat dari kami, sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata ” ini adalah hakku”. (Surah Fushshilat: 50).

“(Qarun) berkata: sesungguhnya aku diberi harta kekayaan ini, tiada lain kerana ilmu yang ada padaku”. (Surah Al Qashash: 78)

Betapa kedua ayat di atas menunjukkan bahwa nikmat Allah SWT itu merupakan satu bentuk ujian yang jika kita tidak dapat menyikapinya dengan rasa sykur, justru akan membawa kita ke dalam lubang kekufuran.

Ada sebuah riwayat yangmenceritakan tentang tiga orang dari bani Israil yang mendapatkan nikmat dan ujian dari Allah SWT. Ketiga orang tersebut merupakan penderita penyakit kusta, orang buta, dan orang yang berkepala botak. Berikut ini kami sajikan kisah ketiga orang tersebut yang terdapat di dalam salah satu hadis Rasulullah SAW.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahawa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya ada tiga orang dari bani Israil, yaitu: penderita penyakit kusta, orang berkepala botak, dan orang buta. Kemudian Allah SWT ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka seorang malaikat.

Maka datanglah malaikat itu kepada orang pertama yang menderita penyakit kusta dan bertanya kepadanya: “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”, ia menjawab: “Rupa yang bagus, kulit yang indah, dan penyakit yang menjijikkan ramai orang ini hilang dari diriku”. Maka diusaplah orang tersebut, dan hilanglah penyakit itu, serta diberilah ia rupa yang bagus, kulit yang indah, kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya: “Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi?", ia menjawab: “unta atau sapi”, maka diberilah ia seekor unta yang sedang bunting, dan dia pun didoakan: “Semoga Allah SWT memberikan berkah-Nya kepadamu dengan unta ini.”

Kemudian Malaikat tadi mendatangi orang kepalanya botak, dan bertanya kepadanya: “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”, ia menjawab: “Rambut yang indah, dan apa yang menjijikkan dikepalaku ini hilang”, maka diusaplah kepalanya, dan seketika itu hilanglah penyakitnya, serta diberilah ia rambut yang indah, kemudian melaikat tadi bertanya lagi kepadanya: “Harta apakah yang kamu senangi?”. ia menjawab: “sapi atau unta”, maka diberilah ia seekor sapi yang sedang bunting, seraya didoakan: ” Semoga Allah SWT memberkatimu dengan sapi ini.”

Kemudian melaikat tadi mendatangi orang yang buta, dan bertanya kepadanya: “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”, ia menjawab: ”Semoga Allah SWT berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang”, maka diusaplah wajahnya, dan seketika itu dikembalikan oleh Allah SWT penglihatannya, kemudian melaikat itu bertanya lagi kepadanya: “Harta apakah yang paling kamu senangi?”, ia menjawab: “kambing”, maka diberilah ia seekor kambing yang sedang bunting.

Lalu berkembang biaklah unta, sapi dan kambing tersebut, sehingga yang pertama memiliki satu lembah unta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.

Sabda Rasulullah SAW berikutnya:

Kemudian datanglah malaikat itu kepada orang yang sebelumnya menderita penyakit kusta, dengan menyerupai dirinya di saat dia masih dalam keadaan berpenyakit kusta, dan berkata kepadanya: “Aku seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rezeki) dalam perjalananku ini, sehingga tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah swt, kemudian dengan pertolongan anda. Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang tampan, kulit yang indah, dan kekayaan yang banyak ini, aku minta kepada anda satu ekor unta saja untuk bekal meneruskan perjalananku”, tetapi permintaan ini ditolak dan dijawab: “Hak hak (tanggunganku) masih banyak”, kemudian malaikat tadi berkata kepadanya: “Sepertinya aku pernah mengenal anda, bukankah anda ini dulu orang yang menderita penyakit kusta, yang mana orangpun sangat jijik melihat anda, lagi pula anda orang yang miskin, kemudian Allah SWT memberikan kepada anda harta kekayaan?”, dia malah menjawab:

“Harta kekayaan ini warisan dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat”, maka malaikat tadi berkata kepadanya: “jika anda berkata dusta nescaya Allah SWT akan mengembalikan anda kepada keadaan anda semula”.

Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya berkepala botak, dengan menyerupai dirinya di saat masih botak, dan berkata kepadanya sebagaimana ia berkata kepada orang yang pernah menderita penyakita kusta, serta ditolaknya pula permintaanya sebagaimana ia ditolak oleh orang yang pertama. Maka malaikat itu berkata: “jika anda berkata bohong nescaya Allah SWT akan mengembalikan anda seperti keadaan semula”.

Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya buta, dengan menyerupai keadaannya dulu di saat ia masih buta, dan berkata kepadanya: “Aku adalah orang yang miskin, yang kehabisan bekal dalam perjalanan, dan telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rezeki) dalam perjalananku ini, sehingga kau tidak dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini, kecuali dengan pertolongan Allah SWT kemudian pertolongan anda. Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan anda, aku minta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku”. Maka orang itu menjawab: “Sungguh aku dulunya buta, lalu Allah SWT mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang anda sukai, dan tinggalkan apa yang tidak anda sukai. Demi Allah, saya tidak akan menyusahkan anda dengan mengembalikan sesuatu yang telah anda ambil kerana Allah”. Maka malaikat tadi berkata: ” Peganglah harta kekayaan anda, kerana sesungguhnya engkau ini hanya diuji oleh Allah SWT, Allah SWT telah redha kepada anda, dan murka kepada kedua teman anda”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Demikian Rasulullah SAW mengisahkan di dalam hadisnya yang cukup panjang. Jika ketiga orang lelaki di atas mengerti bahwa hakikat dari nikmat adalah ujian dari Allah SWT, tentu saja mereka akan bersyukur, terjaga dari kufur, serta terhindar dari membanggakan diri dan melupakan Allah SWT sebagai pemberi nikmat yang Maha Tunggal. Jika mereka memahami bahwa nikmat merupakan salah satu bentuk ujian Allah SWT kepada hamba-Nya, yang akan diminta dipertanggung jawabkannya, nescaya mereka akan bersyukur dan terhindar dari kikir dan bakhil, sehingga mereka semua akan mendapat redha dari Allah SWT.

Semoga artikel singkat dan riwayat yang penuh dengan hikmah ini dapat menjadi pembuka hati kita semua, sehingga dapat menjadi makhluk yang senantiasa bersyukur kepada Allah SWT di setiap waktu. Amin.

Doa, Sabar Perisai Kemanisan Hadapi Kesukaran

Oleh Mohd Zamri Shafie

Al-Quran terkandung pelbagai hikmah supaya manusia mudah terima hidayah

c4quran10c.jpgTAUFIK dan hidayah adalah anugerah Allah ke atas hamba-Nya. Muslim wajib meyakini pintu hidayah sentiasa terbuka di sisi Allah untuk sekalian makhluk-Nya. Hidayah Allah apabila ‘mengetuk pintu hati’ seseorang, nescaya pasti menjadi lembut dan senang menerima nasihat, teguran serta bimbingan atas dasar agama.

Kisah Saidina Umar yang terkenal dengan sifat bengis sebelum memeluk Islam, bertukar watak sebagai pembela Islam yang agung selepas mendengar bacaan ayat suci al-Quran. Itulah anugerah besar yang tidak dapat dihitung nilainya selepas mendapat hidayah daripada Allah.

Allah menurunkan al-Quran kepada Nabi SAW untuk panduan seluruh umatnya supaya mereka lembut hati tatkala membacanya, mendengar dan memahaminya. Semua itu terkandung hikmah supaya manusia mudah mendapat hidayah Allah.

Firman Allah bermaksud:

“Allah menurunkan sebaik-baik perkataan iaitu kitab suci al-Quran yang bersamaan isi kandungannya antara satu dengan yang lain (mengenai benarnya dan indahnya) yang berulang (keterangannya dengan pelbagai cara); yang (oleh kerana mendengarnya atau membacanya) kulit badan orang yang takut kepada Tuhan mereka menjadi seram; kemudian kulit badan mereka menjadi lembut serta tenang tenteram hati mereka menerima ajaran dan rahmat Allah.

“Kitab suci itu hidayah petunjuk Allah; Allah memberi hidayah petunjuk dengan al-Quran itu kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya (menurut undang-undang peraturan-Nya); dan (ingatlah) sesiapa yang disesatkan Allah (disebabkan pilihannya yang salah), maka tidak ada sesiapa pun yang dapat memberi hidayah petunjuk kepadanya.” (Surah az-Zumar, ayat 23)

Imam al-Mawardy dalam tafsirnya menyatakan orang mendengar bacaan al-Quran atau membacanya, tenang tenteram hati mereka menerima ajaran dan rahmat Allah dalam tiga keadaan :

  • Apabila mereka membacanya atau mendengarkan bacaan ayat suci al-Quran serta memahami maksud ayat itu yang memberi gambaran janji neraka bagi mereka yang ingkar pada perintah Allah dan khabar gembira dengan janji syurga bagi mereka yang patuh pada perintah-Nya (Imam As-Suddy)
  • Terpahat dalam hati perasaan khauf (takut) dan raja’ (pengharapan) yang tinggi kepada Allah.
  • Tersemat dalam lubuk hati mereka keagungan al-Quran dan lembut hati mereka ketika membacanya.

Hari ini, umat Islam dipaparkan dengan kezaliman yang berlaku terhadap saudara mereka. Penindasan dan keganasan boleh diungkapkan dengan pepatah, ‘berat mata memandang, berat lagi bahu memikul’. Doa umat Islam di seluruh dunia dengan iringan tangisan adalah pengorbanan kecil berbanding kesusahan yang dihadapi umat Islam di Palestin. Menangis adalah cara yang boleh melembutkan jiwa dan hati.

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

“Janganlah kamu masuk (melihat) suatu kaum yang ditimpa azab, melainkan engkau menangis (melihat keadaan mereka), apabila engkau tidak mampu menangis, maka hendaklah engkau berpura-pura menangis sebagai kebimbangan (pengajaran) di atas kamu nanti akan ditimpakan musibah (azab yang sama) yang menimpa mereka.” (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Runtunan emosi perlu diiringi doa supaya Allah sentiasa mencampakkan kemanisan iman dan kesabaran yang terus segar dan harum menghadapi bencana dicipta musuh. Nabi SAW mengajar umatnya meletakkan kesabaran menghadapi kesulitan dan kepayahan angkara musuh.

Rasulullah SAW menggalakkan umat Islam apabila mendapat bala dan seksaan daripada orang lain supaya berdoa. Sabda Baginda yang bermaksud:

“Daripada Abu Abdul Rahman Abdullah Bin Mas’ud katanya, aku masih terbayang Rasulullah SAW menceritakan mengenai seorang nabi daripada nabi sebelum Rasulullah yang diseksa (dipukul) oleh kaumnya sehingga berlumuran darah. Dia mengesat darah di mukanya sambil membaca doa yang bermaksud: Ya Allah, ampunilah kaumku, kerana sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Umat Islam juga diberi peringatan oleh Rasulullah SAW bahawa setiap manusia tidak terlepas daripada malapetaka dan kesusahan dalam kehidupan seharian. Allah akan menghapuskan dosa seseorang yang menghadapi kesusahan dengan penuh kesabaran.

Sabda Nabi SAW yang bermaksud:

“Daripada Abu Said dan Abu Hurairah katanya: Tiada seorang Muslim pun yang tidak mengalami penderitaan, keseksaan, kebimbangan, dukacita, kemelaratan dan kesedihan sehingga cucukan duri yang mengenai dirinya melainkan dihapuskan oleh Allah daripada kesalahannya.” (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Niat Ikhlas Hapus Empat Perkara Halang Manusia Beribadat

Oleh Wan Marzuki Wan Ramli

KEIKHLASAN hati dan jiwa melakukan ibadat kepada Allah adalah kemuncak kepada kemurnian nurani seseorang kerana dengan sifat ikhlas saja mampu menghalang daripada perkara yang menghadang diri untuk beristiqamah. Ulama besar al-Imam Ghazali menyatakan ada empat perkara besar yang selalu menjadi penghalang untuk beribadat kepada Allah iaitu dunia, makhluk, nafsu dan syaitan. Jika diteliti maksud dunia seperti diperkatakan ilmu tasauf merangkumi semua perkara yang tidak memberi manfaat apabila seseorang kembali ke hadrat Ilahi seperti wang, harta menimbun atau pangkat.

Setiap amalan bermula dengan niat. Justeru, jika niat kerana Allah maka amalan menjadi ibadat, tetapi ia hanya adat jika sebaliknya. Setiap perbuatan harus disertai niat untuk mendapat keredaan Allah.

Keduanya ialah gangguan dan halangan makhluk Allah termasuk anak, binatang ternakan dan harta yang boleh melalaikan manusia sehingga lupa kewajipan menunaikan ibadat wajib serta sunat.

Allah berfirman yang bermaksud:

“Dan ketahuilah bahawa harta benda kamu dan anak pinak kamu itu adalah ujian kepada kamu.” (Surah al-Anfal, ayat 28)

Harta apabila sudah menimbun, ada kalanya menjadikan seseorang hamba kepada hartanya. Malah, ada yang sanggup meninggalkan tanggungjawab mengerjakan solat kerana terlalu menjaga harta benda. Ada juga ibu bapa yang melewatkan solat atau tidak mengerjakannya pada tempoh difardukan semata-mata melayan kerenah serta tuntutan anak.

Ketiganya ialah keinginan atau lebih dikenali sebagai nafsu yang sentiasa merajai diri. Penghalang dalam diri ini yang selalu sukar dilawan hingga terus tumbuh dan menyubur dalam diri setiap insan.

Manusia sering tunduk serta tewas dengan kehendak nafsu sendiri sehingga terpedaya dengan bisikan supaya meninggalkan tanggungjawab terhadap Allah. Ada pula meninggalkan solat dan puasa fardu semata-mata memenuhi dan menghormati undangan rakan.

Tidak kurang yang meninggalkan solat fardu kerana memenuhi tuntutan tugas yang memerlukan mereka sentiasa bergerak atau berada lebih lama di tempat duduk menyudahkan tugasan diberi seolah-olah sudah tiada masa lagi untuk menyiapkannya.

Keempat adalah desakan iblis dan syaitan yang sentiasa menggoda dengan tipu daya supaya manusia mengikut mereka ke arah kesesatan sehingga hari kiamat. Godaan itu datang dengan pelbagai cara dan rupa.

Ketika solat juga syaitan terus menggoda hamba Allah supaya hilang tumpuan dan kerja mereka menjadi lebih mudah apabila manusia dalam keadaan leka.

Rasulullah SAW mengajarkan doa yang bermaksud: “Aku berlindung dengan Allah daripada syaitan dan aku berlindung dengan Allah daripada kehadiran syaitan itu kepadaku.”

Pernah suatu ketika Aisyah, isteri Baginda Rasulullah SAW dalam keadaan marah. Melihatkan hal itu lalu Rasulullah SAW menegur isterinya dengan berkata: “Wahai Aisyah, kamu ini masih dikuasai syaitan kamu. Aisyah terperanjat lalu bertanyakan Baginda apakah setiap manusia dibekalkan syaitan? Lalu Rasulullah SAW menjawab: Ya, saya sendiri mempunyai satu syaitan, tetapi syaitan saya sudah masuk Islam.”

Golongan insan yang sukar diperdaya iblis dan syaitan adalah mereka yang meletakkan sifat ikhlas dan jujur di puncak ibadat kepada Allah. Allah berfirman yang bermaksud:

“Dan tiadalah mereka diperintah melainkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dengan berterusan.” (Surah al-Bayyinah, ayat 5)

Firman Allah lagi yang bermaksud:

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagi kamu semua, maka jadikanlah dia musuh (yang mesti dijauhi). Sebenarnya dia hanyalah mengajak manusia supaya menjadi penghuni neraka.” (Surah al-Fatir, ayat 6)

Kekuatan dan iltizam serta istiqamah dalam diri boleh menyingkirkan keempat-empat halangan melakukan ibadat kepada Allah. Selain niat yang ikhlas, kekuatan melawan bisikan supaya terus lalai memudahkan seseorang melaksanakan tanggungjawab sebagai khalifah Allah.

Pada masa sama, sentiasa berusaha memperbaiki diri dengan mendalami ilmu agama serta meningkatkan keimanan melalui amalan sunat kerana kesibukan melakukan perkara baik dapat mengelak daripada terjebak dengan hasutan membawa kepada kelalaian.

INFO: Penghalang ibadat

1. Dunia – semua perkara yang tidak memberi manfaat apabila seseorang kembali ke hadrat Ilahi seperti wang, harta menimbun atau pangkat.
2. Gangguan makhluk – termasuk anak, ternakan dan harta yang boleh melalaikan manusia sehingga lupa kewajipan menunaikan ibadat.
3. Nafsu – keinginan yang sentiasa merajai diri dan sukar dilawan sehingga terus subur dalam diri setiap insan.
4. Iblis dan syaitan – menggoda dengan pelbagai cara supaya manusia mengikut mereka ke arah kesesatan sehingga kiamat.

Jiwa Tanpa Hidayah Terima Siksaan Paling Berat

BERSYUKUR kepada Allah bukan saja ketika senang tetapi juga pada saat menghadapi ujian-Nya. Rahmat, musibah diturunkan Allah patut jadi medan umat muhasabah diri setiap saat.

insaftaubat.JPGSESUNGGUHNYA orang yang memiliki ketajaman mata hati mengakui bahawa bencana dan seksa Allah tidak hanya dalam bentuk kelaparan, sakit, miskin dan muflis. Sesungguhnya bencana paling hebat ialah azab Allah bersifat maknawi, tidak nampak di mata manusia tetapi kesannya sungguh dahsyat dirasai.

Ia boleh membuat hati mereka tertekan seperti disebut dalam al-Quran yang bermaksud:

“Barang siapa yang Allah menghendakinya mendapat petunjuk nescaya Dia melapangkan dadanya untuk menerima Islam. Siapa yang dikehendaki Allah mendapat kesesatan nescaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah ia sedang mendaki ke langit.” (Surah Al-An’am, ayat 125)

Walaupun semua nikmat dunia sudah dimiliki dada rasa sempit, susah, takut, risau dan sedih. Bukankah perasaan itu adalah azab yang bersifat maknawi? Apakah lagi azab Allah yang ditimpakan kepada manusia supaya mereka beringat?

Azab di hati, tidak berasa manisnya iman. Mengapa orang yang lalai kepada Allah hidupnya bergelumang harta dan kuasa? Tidak nampak kesusahan pada wajah mereka, sentiasa sihat dan gembira dengan apa dimiliki. Tetapi benarkah mereka bahagia?

Mana mungkin harta boleh membeli ketenangan jiwa, bahkan hakikatnya semua yang ditonjolkan adalah palsu belaka. Hati mereka menjerit dikejar rasa bersalah, diburu bayang-bayang dosa dan maksiat yang dilakukan.

Nurani yang bersih sentiasa berbisik bahawa mereka melakukan kesilapan memilih jalan sedangkan nafsu yang keji cuba menjerat dengan pelbagai kenikmatan sesaat. Memang mereka menikmati segalanya tetapi jiwa tidak pernah puas, hampa dan kosong.

Allah menyeksa dengan cara mengunci mati hati mendapat hidayah-Nya. Azab Allah membuat hidup seseorang tidak menentu, tertekan, tersesat tanpa kuasa yang boleh menolongnya selain Allah.

Jika Allah cabut kemanisan iman dari hati, sesungguhnya Dia mengazab mereka secara senyap, ramai yang sembahyang tetapi tidak rasa manisnya sujud atau khusyuk dan mereka berilmu tetapi tidak mengenal jalan menuju Allah.

Mereka kaya tetapi tidak merasai keberkatan hartanya. Mereka kepenatan mengejar dunia, menitiskan air mata untuk dunia, risau dan takut kerana dunia, berjuang untuk dunia, sakit dan akhirnya mati untuk dunia tanpa melalui kemanisan saat beribadah dan kenikmatan memuji Allah.

Hati tempat jatuhnya rahmat dan azab Allah. Alangkah ramainya manusia yang tidak menyedari dirinya sedang diazab kerana dosa membutakan hati sehingga tiada mampu membeza manakah salah satunya, antara rahmat atau azab?

Kata-kata pendeta Bani Israil dalam kitab Ibnul Qayyim Al-Jauzi, ‘Shaydul Khatir‘: “Oh Tuhanku, aku sering berbuat maksiat tetapi mengapa tak kunjung datang azab-Mu menimpaku? Dikatakan kepadanya: Betapa banyaknya azab Allah menimpamu, tetapi engkau tidak tahu bahawa itulah azab Allah. Tidakkah engkau merasa dihalang dirimu merasai kenikmatan bermunajat kepada-Nya?”

Orang berilmu buta hati jika ia menganggap dirinya sentiasa dirahmati Allah walaupun maksiat menghiasi peribadi, apatah lagi orang awam yang kering iman lagi jahil. Walaupun mesti bersangka baik kepada Allah, jangan sampai dia langsung tidak kisah dengan karat maksiat dan hanya berlagak umpama suci dalam debu.

Semakin dia rasa tidak kisah dengan maksiat itu, semakin hatinya kotor dan tidak layak dijatuhi pandangan rahmat-Nya. Kemudian dia tidak mampu lagi membeza mana rahmat dan mana azab, akhirnya buta hati.

Azab di mata, tidak mahu membaca hikmah peringatan Allah. Setiap peristiwa mesti mengandungi hikmah untuk kebaikan manusia. Ujian dan azab yang dideritai adalah bentuk tarbiah berkesan untuk menyedarkan kesilapan manusia.

Tetapi, ada pula orang yang semakin diuji semakin teruk kesesatannya, bahkan berterusan melakukan maksiat. Azab di atas azab! Apabila sakit yang dideritai, kehilangan harta, kegagalan hidup dan ajal maut sama sekali tidak menyedarkan bahawa semua itu adalah peringatan Allah.

Padahal duri yang mencucuk kulit itu menyimpan petanda peringatan daripada Allah bahawa manusia memang lemah, miskin dan tidak berupaya melawan kehendak Allah. Orang yang degil dan derhaka anggap semua itu lumrah hidup tiada campur tangan Allah.

Ketika sakit dia menyumpah seranah, jika rugi dia membuat penyelewengan demi mendapat keuntungan secara haram, jika dizalimi dia membalas dendam dengan kezaliman yang lebih teruk ke atas orang lain.

Tidak ada kamus taubat dan insaf dalam hidupnya. Mereka tidak mahu mengambil pelajaran kisah penyelewengan manusia yang berakhir dengan kesengsaraan dunia akhirat. Mata, telinga, hati dan akal dikurniakan Allah untuk mendapat hidayah tidak dimanfaatkan sehingga kesesatan tiada berakhir.

Firman Allah yang bermaksud:

“Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api, maka selepas api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta.” (Surah al-Baqarah, ayat 17)

Mengapa manusia mudah tertipu? Bukankah mereka tahu musuh paling berbahaya ialah iblis dan syaitan tetapi mereka menjadikannya teman setia? Manusia juga dibekalkan syariat, hati dan mata. Justeru, dengan modal itu mereka pula semakin tersesat.

Orang Islam mengetahui syurga dan neraka, tetapi ramai pilihannya selalu silap. Mereka tahu dunia ini palsu dan menipu tetapi di situlah mereka memuaskan nafsu. Jadi, bagaimana menyelamatkan diri daripada kebodohan sendiri yang selalu tertipu sebelum azab datang?

Setiap kali mengulangi dosa dan maksiat kepada Allah, cubalah ancam diri sendiri. Awas! Jaga-jaga kuasa Allah boleh menarik balik semua yang anda miliki. Bayangkan perkara negatif terkena pada tubuh, harta, anak, isteri dan keluarga, kedudukan serta kuasa.

Apabila seseorang hidup dalam zon selesa dan tidak pernah mengancam diri maka keadaan ini membuatnya hanyut, lalai dan lupa daratan. Jika dia sentiasa berjaga-jaga dan suka menakutkan diri, ia sebagai langkah pencegahan sebelum kemurkaan Allah tidak dapat dibendung. Cara paling berkesan untuk mengancam diri dengan azab Allah ialah dengan mentadabburkan al-Quran. Sesungguhnya al-Quran bukan hanya membawa khabar gembira kepada hamba Allah yang beriman bahkan ada ayat ancaman supaya manusia tidak leka dibelai dunia. Sedikit tertawa dan banyak menangis adalah wasiat Rasulullah SAW supaya manusia suka mengancam dan memperingatkan diri dengan seksa Allah yang begitu pedih.

Ketinggian akhlak manusia bergantung dengan seberapa kerap dia bersyukur kepada Allah. Orang itu layak dipanggil manusia paling mulia dan tahu mengenang budi. Sesungguhnya manusia tanpa sifat syukur seperti penderhaka yang mengambil kesempatan dan menikam dari belakang.

Walaupun ilmu menjulang ke langit, harta setinggi gunung, kuasanya segagah ruang angkasa tetapi jika sifat kufur mengatasi segala-gala maka dia menjadi sehina makhluk pada pandangan Zat Yang Maha Pemberi Nikmat.

Lebih baik hidup sebagai cacing yang sedar diri sambil berzikir pagi dan petang mengingat jasa baik Allah memberinya makanan di dalam tanah. Walaupun syukur sang cacing tidak dibalas dengan nikmat di akhirat tetapi dia pandai berterima kasih kepada Allah atas rezekinya dalam tanah. Cacing hanya makan kotoran tetapi pandai bersyukur. Manusia jauh lebih baik makanan dan nikmat hidup yang dianugerahkan Allah tetapi betapa sedikitnya yang pandai bersyukur.

Syukur bermakna berhias dengan lidah yang memuji saja tanpa sepatah pun mencela perbuatan Allah ke atas diri kita, berhias dengan perbuatan mengikut undang-undang Tuhan sekali gus menolak logik manusia yang bodoh berlagak tahu segala-gala.

Syukur itu perhiasan paling cantik jika dipakai, ilmu bermanfaat jika diamal dan akhlak indah pada pandangan Tuhan, bahkan ia boleh menahan azab yang turun dari langit. Allah berfirman yang bermaksud: “Jika kamu bersyukur, Aku tambahkan nikmat-Ku namun jika kamu kufur sungguh azab-Ku amat pedih.”

Sunday, 27 June 2010

Alam Kubur Perhentian Sebelum kehidupan Abadi Di Akhirat

Oleh Masmawi Abdullah

MANUSIA di dunia ini ibarat musafir yang sedang dalam perjalanan lalu berehat di bawah sepohon pokok untuk melepaskan lelah dan berehat seketika sebelum meneruskan ke destinasi yang hendak dituju.

Perjalanan itu pula masih jauh dan terpaksa melalui pelbagai liku serta cabaran. Inilah gambaran matlamat sebenar hidup insan yang hendak dicapai. Pentas dunia hanya tempat untuk bercucuk tanam dengan amalan salih sebagai bekalan di akhirat nanti.

Sebelum manusia berpindah ke alam akhirat mereka akan menempuh satu alam dinamakan alam barzakh dan di sana mereka akan menjawab soalan ditujukan malaikat kepada mereka. Di sinilah penentu kejayaan di alam akhirat nanti sama ada manusia itu akan masuk ke syurga atau neraka.

Persoalan kubur termasuk dalam pokok keimanan terhadap alam ghaib seperti mana kita wajib percaya akan adanya syurga, neraka, malaikat dan hari kiamat. Dalam al-Quran dan hadis Rasulullah SAW yang sahih banyak diterangkan perkara di atas yang menuntut setiap orang meyakini adanya alam selepas kehidupan duniawi.

Ia dikenali dengan perkara ‘sam’iyat’ iaitu perkara yang hanya diketahui melalui perkhabaran, tidak dapat dilihat oleh mata dan tidak terfikir akal. Beriman kepada alam ghaib adalah ciri orang beriman.

Allah berfirman yang bermaksud: “Kitab al-Quran ini, tidak ada sebarang syak padanya (mengenai datangnya dari Allah dan tentang sempurnanya), ia pula menjadi petunjuk bagi orang yang beriman kepada perkara ghaib dan mendirikan solat serta membelanjakan sebahagian daripada rezeki yang kami berikan kepada mereka.”

Walaupun ada sesetengah agama mempercayai adanya kebangkitan selepas kematian di alam roh tetapi mereka menyeleweng daripada konsep dipegang Islam. Sebahagian lagi terus kufur dan menolak kerana mereka berdasarkan logik serta akal fikiran semata-mata, menganggap bahawa hidup hanya di atas dunia ini saja.

Golongan itu dijelaskan Allah dalam firman yang bermaksud:

“Dan tidakkah manusia fikirkan bahawa Kami jadikan dia dari setitik mani, tetapi tiba-tiba ia (jadi) pembantah yang nyata.” – (Surah Yasin, ayat 77)

Kesimpulan yang boleh dibuat manusia di dunia ini diklasifikasikan dalam tiga golongan iaitu mereka yang beriman dengan adanya alam ghaib melalui as-samiyat, percaya ada alam ghaib berdasarkan kepercayaan dan kufur dengan alam ghaib.

Kubur adalah perhentian pertama setelah seorang hamba itu meninggal dunia dan kemudian tempatkan di alam arwah sehingga hari kiamat. Di sinilah penentuan kebahagiaan kecelakaan yang abadi.

Hadis Abi Said mengatakan, Nabi SAW bersabda yang bermaksud: “Kubur itu adalah salah satu lubang neraka, atau salah satu taman syurga.”

Adapun arwah orang yang beriman akan sentiasa dalam rahmat dan peliharaan Allah tidak kira di mana mereka berada. Bagaimanakah seseorang itu akan menghadapi persoalan kubur?

Adapun roh orang yang beriman dijelaskan Allah dalam firman yang bermaksud:

“Setelah menerangkan akibat orang yang tidak menghiraukan akhirat, Tuhan menyatakan bahawa orang beriman dan beramal salih akan disambut dengan kata-kata: Wahai orang yang mempunyai jiwa yang sentiasa tenang tetap dengan kepercayaan dan bawaan baiknya, kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan engkau berpuas hati (dengan segala nikmat yang diberikan), lagi diredai (di sisi Tuhanmu). Serta masuklah dalam kumpulan hamba-Ku yang berbahagia, dan masuklah ke dalam syurga-Ku.” – (Surah al-Fajar, ayat 27-30)

Kemudian apabila seseorang hamba Allah meninggal dunia, selepas dikebumikan dan ditinggalkan kuburnya lalu datanglah dua malaikat iaitu Mungkar dan Nakir yang ditugaskan untuk menyoalnya.

Jika ia beriman dan beramal salih, maka diberikan taufik oleh Allah menjawab persoalan dengan mudah. Kemudian dibuka baginya pintu syurga dan diperlihatkan syurga ke atasnya dan berbahagialah dia sehingga hari kiamat.

Namun jika orang itu kafir atau munafik, mereka akan menjawab tidak tahu. Lalu akan menerima seksaan kubur yang dahsyat. Suara teriak mereka dapat didengar oleh makhluk lain kecuali manusia dan jin.

Menurut Syeikh Abdullah Al-Fattani dalam bukunya Kasful Qhummah, roh Nabi, syuhada, muttaqin, salihin akan diangkat oleh malaikat ke langit selepas selesai tanya jawab dengan malaikat Mungkar dan Nakir.

Kemudian di angkat ke langit kedua, ketiga, keempat dan seterusnya ketujuh hingga ke Sidratul Muntaha dan di bawa ke Arasy Tuhan. Di sinilah mereka akan ditempatkan dan hidup dengan senang serta bahagia sehingga tiba hari kiamat.

Persoalan kubur tidak terkecuali bagi setiap orang yang meninggal dunia sama ada mereka mati di bumi, laut atau angkasa. Mengenai gambaran azab dan seksa kubur itu dalam pelbagai cara seperti dijelaskan ulama.

Bagaimanapun kita tidak banyak mengetahui rahsia alam roh melainkan apa yang diceritakan al-Quran dan hadis kerana ia adalah urusan Allah. Apabila seseorang berpindah ke alam baqa, bermakna terputuslah segala hubungan dan amalannya di dunia ini melainkan sedekah jariah, ilmu bermanfaat, anak soleh dan juga doa daripada kaum kerabatnya di dunia ini.

Riwayat daripada Ad-Dailami ada menyebut yang bermaksud: “Orang yang mati dalam kuburnya adalah seperti orang sedang tenggelam yang meminta pertolongan. Ia menunggu sampai kepadanya (rahmat) sesuatu doa daripada anaknya, atau saudaranya ataupun sahabat handainya. Apabila (rahmat) doa itu sampai kepadanya, maka tidaklah terkira sukacitanya dan dirasainya ‘rahmat doa itu’ lebih berharga daripada dunia dan segala isinya. Sebenarnya hadiah orang yang hidup kepada orang mati ialah doa dan istighfar.”

Alam sesudah mati ini memberi peringatan bahawa tidak selamanya kita akan kekal di muka bumi ini. Lambat laun kita juga mengikut jejak langkah mereka yang dulu menempuh alam barzakh. Semoga ia memberi keinsafan kepada kita untuk menyediakan bekalan terbaik untuk bekalan akhirat.

Thursday, 24 June 2010

Fikiran, Hati Tenang Suburkan Sikap Optimis

Bersama Abdurrahman Haqqi

IBNU Abbas RA ialah sahabat Nabi SAW yang digelar sebagai hibr al-ummah atau tinta umat kerana kehebatan ilmu, khasnya dalam memahami al-Quran seperti doa yang dimohon Baginda untuknya. Ibnu Abbas mempunyai pendirian unik dan patut kita miliki agar kita hidup tenang, tenteram dan bersahaja seperti beliau.

Ibnu Abbas berkata:

“Dalam diriku ada tiga keistimewaan; tidaklah hujan turun ke muka bumi, melainkan aku pasti memuji Allah dan bergembira dengannya, meskipun aku tidak mempunyai kambing dan unta; tidaklah aku mendengar seorang hakim yang berlaku adil kecuali aku sentiasa mendoakan kebaikan untuknya walaupun aku tidak mempunyai perkara apa pun yang mesti dia putuskan; dan tidaklah aku memahami maksud suatu ayat dalam kitab suci Allah, melainkan aku selalu ingin orang lain juga mengetahui isi ayat itu seperti aku mengetahuinya.”

Demikian antara kecintaannya untuk melakukan kebaikan terhadap sesama manusia, penyebaran nilai keutamaan di antara mereka, usaha untuk menyelamatkan hati mereka nasihat untuk semua makhluk. Ia datang dari lubuk hati yang suci dan ikhlas yang menganggap semua insan sebagai saudara dan bukan insan sebagai sesama makhluk Allah.

Ketika fikiran manusia terganggu oleh sesuatu, maka perkara luas menjadi sempit dan yang bagus menjadi buruk serta sesuatu yang menggembirakan berubah sedih.

Dalam hadis sahih disebutkan seorang Arab Badwi solat berjemaah bersama Rasulullah SAW. Pada saat tasyahhud, dia membaca doa: “Ya Allah, berikan rahmat-Mu kepadaku dan kepada Nabi Muhammad dan janganlah Engkau berikan rahmat-Mu kepada selain kami.”

Selesai solat, Rasulullah berkata kepada orang Badwi itu: “Engkau membuat sesuatu yang luas menjadi sempit.” Sesungguhnya rahmat Allah itu meliputi segala sesuatu firman Allah maksudnya: “…dan Dia Maha Penyayang kepada orang yang beriman.” (Surah al-Ahzab: 43)

Ketika fikiran tenang segala sesuatu di depan mata nampak jernih dan semua berjalan lancar serta mudah. Sebaliknya, ketika fikiran kusut segala di depan kita nampak buntu dan semua terhenti atau tertutup kerana dalam fikiran tenang ada tafa’ul, optimistik dan dalam fikiran kusut ada tasya’um, pesimistik. Tafa’ul adalah natijah daripada tauhid, manakala tasya’um adalah natijah daripada syirik.

Kita diperintah Allah dan selalu membaca doa diajar-Nya bermaksud:

“(Mereka berdoa dengan berkata): “Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau memesongkan hati kami sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami dan kurniakan kepada kami limpah rahmat di sisi-Mu; sesungguhnya Engkau jua Tuhan Yang melimpah-limpah pemberian-Nya.” (Surah Ali Imran: 8.)

Fikiran tenang ialah buah keimanan yang membimbing kita untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dikenali sebagai takwa.

Orang beriman dan memiliki fikiran tenang sentiasa beramal salih. Ketika beramal dia teringat janji Tuhan bermaksud:

“Dan sesiapa yang mengerjakan sebarang apa daripada amal yang salih, sedang dia beriman, maka tidaklah (seharusnya) dia berasa takut dianiaya atau dikurangkan sedikit pun daripada pahalanya.” (Surah Taha: 112)

Padahal dalam ayat sebelumnya, Allah menegaskan bermaksud:

“Dan segala muka akan tunduk dengan berupa hina kepada Allah yang Maha Hidup, lagi yang kekal mentadbirkan makhluk selama-lamanya; dan sesungguhnya rugi dan hampalah orang yang menanggung dosa kezaliman.” (Surah Taha: 111)

Seorang yang berfikiran tenang tidak tergopoh-gopoh ketika melakukan kesilapan atau kesalahan kerana dalam dirinya tertanam pengajaran yang diperoleh daripada hadis bahawa Rasulullah SAW sedang solat berjemaah. Selesai solat ada seseorang berdiri dan berkata kepada Rasulullah: “Aku melakukan suatu dosa dan harus dikenakan hukuman, maka jatuhkanlah hukuman itu padaku.”

Rasulullah SAW bertanya: “Apakah tadi engkau solat berjemaah bersama kami?” “Ya,” jawab orang itu. Rasulullah pun bersabda: “Pergilah, Allah sudah mengampuni dosamu.” (Hadis riwayat Muslim)

Bukankah Allah berfirman maksudnya:

“Dan sesiapa yang berbuat dosa atau berbuat zalim terhadap dirinya sendiri, kemudian memohon ampunan kepada Allah, nescaya dia akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surah al-Nisa: 110)

Dengan ketenangan fikiran, empat perkara boleh kita sedari.

Pertama, jika kita tidak hidup dalam batasan hari ini, tentu fikiran kita melayang ke mana-mana. Seterusnya, urusan menjadi kacau-bilau dan kedukaan kita lebih banyak. Inilah makna hadis yang bermaksud: “Apabila engkau berada pada waktu pagi, jangan menunggu datangnya petang dan apabila engkau berada pada petang, jangan menunggu datangnya pagi”.

Kedua, melupakan masa lalu dan semua yang terjadi. Tumpukan diri pada masa kini kerana memikirkan masa lalu dan sesuatu yang sudah selesai adalah kebodohan dan menyebabkan kegilaan.

Ketiga, tidak menyibukkan diri dengan masa depan, sebab ia masih berada di alam ghaib. Jangan fikirkan sehingga ia datang.

Keempat, jangan mudah tergoncang oleh kritikan. Teguhkan pendirian menghadapinya dan sedarlah kritikan itu mengangkat harga diri setara dengan kritikan itu.

Di samping doa Nabi Musa AS untuk menenangkan fikiran ada juga doa yang dibaca oleh belia beriman yang menyelamatkan diri daripada kezaliman penguasa ketika itu. Ia juga doa untuk penjernihan fikiran kita. Doa itu bermaksud:

“Wahai Tuhan kami! Kurniakanlah kami rahmat daripada sisi-Mu dan beri kemudahan serta pimpinan kepada kami untuk keselamatan agama kami.” (Surah al-Kahfi: 10)

Hati Cermin Peribadi Insan

Oleh Dr Engku Ahmad Zaki Engku Alwi

MANUSIA diciptakan Allah terdiri daripada beberapa elemen utama sehingga mewujudkan identitinya iaitu jasad, akal, roh, nafsu dan hati. Namun, daripada semua unsur itu, paling penting dalam ajaran Islam yang diambil kira daripada keseluruhan amalan keagamaan adalah intinya, bentuk dalamannya iaitu hati.

Oleh itu, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada jasad dan rupa bentuk kamu, tidak kepada keturunan dan harta kekayaan kamu, sebaliknya Allah memandang hati kamu. Sesiapa yang memiliki hati suci bersih, nescaya Allah amat mencintai orang itu. Ketahuilah! Wahai anak Adam orang paling dicintai Allah ialah orang yang paling bertakwa di kalangan kamu. (Hadis riwayat Muslim dan Tabrani)

Di samping itu, hati manusia juga bertindak sebagai raja bagi keseluruhan anggota badan. Dengan kata lain, baik dan buruk, sejahtera atau sengsara dan sihat atau sakit bergantung kepada kedudukan hati. Jika baik hati, maka baiklah seluruh tubuh lain dan begitulah sebaliknya. Rasulullah bersabda yang bermaksud:

“Sesungguhnya dalam jasad itu ada segumpal daging. Apabila ia baik, baiklah seluruh jasad. Tetapi, apabila ia rosak, maka rosaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah itu ialah hati.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Oleh itu, hati memainkan peranan penting dalam mencerminkan dan juga menentukan kemuliaan atau kehinaan peribadi seorang. Hati juga dianggap ejen penentu kepada hidup dan matinya jasad manusia. Tidak berfungsi anggota badan secara keseluruhan kerana terlucut roh yang bertapak dalam hati. Hatilah tempat bertapak iman, takwa, sifat mahmudah, niat dan pada masa lain, di sini juga terletak kekufuran, nifaq dan sifat mazmumah.

Paling menarik, dalam al-Quran perkataan hati disebut al-qalb yang membawa maksud sesuatu yang tidak tetap. Bertepatan dengan konotasi al-qalb, maka hati begitu mudah berubah daripada satu keadaan ke keadaan lain kerana dalam hati ada dua unsur kekuatan yang sentiasa berlawanan antara satu sama lain iaitu antara iman dengan kufur, kebaikan dan keburukan, taat dan ingkar atau hak dan batil.

Rasulullah sentiasa berdoa kepada Allah iaitu: “Ya Allah! Ya Tuhanku! Yang membolak-balikkan hati! Tetapkanlah hatiku di atas landasan agama-Mu.”

Apabila ditinjau dalam al-Quran, banyak ayat membicarakan hal hati terutama hati bersih lagi suci daripada dosa dan maksiat. Hati bersih diterangi cahaya Ilahi dan tidak terselit sedikit pun keraguan dan syirik. Seterusnya, hati bersih yakin segala yang wujud di alam semesta dicipta Allah, sekali gus bertindak sebagai pentadbir mutlak ke atas alam. Hati bersih juga terhindar daripada dendam, dengki, fitnah dan sifat tercela lain.

Dengan kata lain, hati bersih dipenuhi iman, hidayah petunjuk dan takwa. Di dalamnya, sarat dengan gelora kerinduan, kecintaan, ketaatan dan tunduk yang kudus kepada Allah. Justeru, hati menjadi tempat bertapak nilai kebaikan seperti khusyuk, tawaduk, sabar, tawakal, syukur, istiqamah, pemaaf dan sifat mahmudah lain.

Perlu ditegaskan Allah memberikan ganjaran kepada hamba-Nya yang berniat untuk melakukan kebajikan, tetapi Allah tidak pula mencatatkan keburukan ataupun dosa kepada seorang yang hanya berniat di hati untuk melakukannya. Demikianlah betapa Allah bersifat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadap hamba-Nya.

Wednesday, 23 June 2010

"RSVP" - MAULANA AF8

Penat-penat lepas buat kerja rumah.....take a break, Kak Ungku dengar pulak lagu 'RSVP' dari anak bujang my hubby yang sorang ni. Jom kita dengarkan sama-sama.....





Lirik: "RSVP" - Maulana AF8

Kali pertama ku melihat
Hati sudah rasa terpikat
Bila kau membalas senyuman
Ku berkhayalan

Kita berdua jatuh cinta
Kau milikku dan ku kau punya
Tapi di dalam realiti belum pasti

Chorus
Ku pinta kau répondez s’il vous plaît
Jangan biar ku fikir ku bertepuk sebelah tangan
Ku rayu kau répondez s’il vous plaît
Agar dapat berakhir angan yang mengganggu fikiran

Dah tak mampu berselindung lagi
Cinta yang lahir dalam hati
Aku tahu kau juga mahu tetapi malu

Andainya benar katakanlah
Agar dapat mengorak langkah
Bila ku ketuk pintu hatimu
Izinku masuk

Ulang Chorus

Luahkanlah ku perlu tahu
Luahkanlah isi hatimu
Luahkanlah isi hatimu
Luahkanlah ku perlu tahu
Luahkanlah isi hatimu
Luahkanlah isi hatimu

Ulang Chorus 2X

Luahkanlah ku perlu tahu
Luahkanlah isi hatimu

Tuesday, 22 June 2010

Pusat Perkembangan Minda Pancabestari Teknologi

Mulai tahun 2010 Pancabestari Teknologi melalui proses re-branding telah dikenali sebagai Pusat Perkembangan Minda Pancabestari Teknologi (PMPT). Kami telah berpindah ke premis baru dan memulakan semula operasi pada awal bulan April 2010. Alhamdulillah dalam keadaan yang serba sederhana....pusat kami mula mendapat perhatian dari ibubapa yang ingin mendapatkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak mereka.

Kami menyediakan kelas-kelas membaca Bahasa Malaysia & Bahasa Inggeris serta menulis dengan menggunakan kaedah FONEMIK & FONIK. Kelas-kelas ini dibuka kepada anak-anak seawal umur 4 tahun. Kelas membaca ini alhamdulillah sentiasa mendapat sambutan yang amat menggalakkan daripada ibubapa. Setakat ini Kak Ungku telah mendidik seramai lebih daripada 150 orang pelajar daripada yang normal IQ sehinggalah yang mempunyai masalah pembelajaran seperti dyslexia & autism.

Selain daripada kelas membaca, ada juga kelas-kelas tuisyen dari Tahun 1 hingga Tingkatan 3 dengan konsentrasi kami kepada 3 subjek teras iaitu Bahasa Inggeris, Matematik dan Sains. Semua matapelajaran adalah mengikut sukatan KBSR & KBSM dan diajar dalam dwi-bahasa dengan Bahasa Inggeris diberikan lebih penekanan.

Kami juga menawarkan kursus-kursus seperti MUET/IELTS kepada pelajar-pelajar Tingkatan 6/Guru-guru/pelajar UTHM.

Kesemua kelas berasaskan kepada 'private tuition/tutorials' di mana setiap kelas tidak melebihi 15 orang pelajar. Ini memudahkan kami memantau perkembangan setiap pelajar selain selalu mengadakan perbincangan terbuka dengan ibubapa tentang perkembangan minda pelajar.

Selain daripada kelas-kelas tuisyen, Kak Ungku dan suami juga turut terlibat di dalam bidang training. Kami berdua merupakan trainer/facilitator di bawah Kementerian Pelajaran Malaysia. Dua program latihan di bawah KPM/MIMOS/TIME ENGINEERING/MICROSOFT yang kami berdua terlibat secara langsung adalah Program Latihan PPSMI (Program Pembelajaran Sains & Matematik di dalam Bahasa Inggeris) Fasa 5 & 6 serta Latihan Program EDUWEBTV. Untuk kedua-dua program latihan ini kami telah diberi tanggungjawab memberi latihan kepada lebih 500 orang guru (sebahagian daripada 10,000 orang guru yang terlibat) di seluruh Malaysia. Untuk program latihan PPSMI fasa 5&6, suami Kak Ungku merupakan Trainer Terbaik negara. Beliau juga merupakan Master Trainer & antara Trainer terbaik untuk program latihan EDUWEBTV.

Kak Ungku suami-isteri akan terus mencurahkan ilmu pengetahuan yang ada dengan izin Allah, selagi usaha kami berdua mendapat sokongan serta sambutan daripada anak-anak didik kami dan ibubapa khususnya. Terima kasih kami yang tidak terhingga kepada semua pihak yang terlibat.

Jom kita tour Pusat Perkembangan Minda Pancabestari Teknologi (PMPT) kami.


Front Desk & Visitors Corner


Meeting Room


Tutorial Room 1


Tutorial Room 2



Activities Room & Reading Corner


Haa...inilah my favourite corner...
tempat saya berblogging & ber FB semasa di office
(masa free shj tau...)



*************************************************

Sebelum & selepas MAKEOVER....


Tutorial Room 1


Tutorial Room 2


Meeting Room




Front Desk & Visitors Corner





Activities Room & Reading Corner




*********************************************************

Aktiviti-aktiviti anak didik Kak Ungku

Pendedahan kepada multimedia


Permainan-permainan yang menjana minda
seperti chess, jigsaw puzzle, scrabble dan lain-lain



Kelas membaca & menulis amat dititik beratkan
begitu juga dengan
aktiviti mewarna
bagi menjana
soft skill pelajar






Anak-anak didik Kak Ungku yang sentiasa ceria



Sambutan Hari Jadi



Cutenya....antara cenderahati yang Kak Ungku terima
sempenan Hari Guru 2010......terima kasih semua ;D


Monday, 21 June 2010

Mendekati Untuk Mencintai

- Ibnu Athaillah -

Wahai hamba Allah, apabila engkau meminta kepada Allah ketika hampir dengan-Nya, mintalah agar Dia memperbaiki semua yang ada pada dirimu. Berdoalah:

“Ya Allah, perbaikilah segala keadaanku.”

Mintalah kepada Allah agar Dia memperbaiki keadaanmu disertai perasaan reda terhadap semua ketetapan-Nya. Iaitu pasrah dan reda terhadap semua qada’ dan qadar-Nya.

Engkau adalah seorang hamba yang keliru jika ketika diminta kembali kepada-Nya dengan melakukan ketaatan, engkau terus lari dari-Nya dengan melakukan maksiat. Lari dari Allah ditanda dengan perbuatan-perbuatan jahat, melanggar perintah-Nya, keinginan yang menyimpang dan dengan niat yang salah.

Bila engkau lalai dalam solat, mensia-siakan puasa, mengeluh akan kurniaan Allah dan mencintai dunia beerti engkau telah lari dari Allah. Kerana hawa nafsu telah membuat engkau berani pada-Nya. Engkau telah berpaling dari Allah dikala engkau terdorong pada indahnya dunia, terbuai dengannya, sibuk memikirkannya serta lupa pada hebatnya hari akhirat.

Allah berfirman:

“Janganlah kamu membeliakkan kedua matamu (terlalu kagum) dengan apa yang Kami berikan pada mereka sebagai perhiasan kehidupan dunia. Hal itu untuk menguji mereka. Sedangkan rezeki Tuhanmu jauh lebih baik dan lebih kekal.” (Taha : 131)

Allah telah mentakdirkan sihat dan sakit, kaya dan miskin serta bahagia dan sedih kepadamu. Maksudnya adalah agar engkau kembali pada-Nya dan mengetahui semua sifat-Nya sehingga ketika engkau senang, engkau boleh bersyukur dan ketika susah engkau mampu pasrah dan bersabar.

Wahai manusia, berapa kali engkau hinakan dirimu dengan berdiri di hadapan makhluk, meminta bantuan dan pertolongan mereka?

Berapa kali mereka begitu berat mendengar permintaanmu, bermasam muka serta menghinamu?

Sementara engkau tidak pernah sekalipun kembali pada Penciptamu, tidak pernah meminta keperluanmu kepada-Nya serta tidak pernah menghadap-Nya secara khusyuk, berdoa secara jujur dan memohon secara tulus.

Wahai hamba Allah, jika engkau inginkan kemuliaan, janganlah berharap pada makhluk tetapi tambatkan rasa dan harapan pada Allah serta perlihatkan keperluan-keperluanmu yang terdesak kepada-Nya.

Kerana Allah mengabulkan doa orang yang sedang terdesak. Hanya Dia Yang Maha Berkuasa boleh melenyapkan bahaya dan merasa senang jika diminta oleh hamba-Nya. Sesiapa yang meminta kepada makhluk tidak kepada Tuhan dan Tuannya, ia akan menjadi teramat hina.

Dirimu begitu setia dan terbuai dengan makhluk, sedangkan kepada Allah, engkau acuh tidak acuh dan menjauhi-Nya. Engkau tergolong dalam golongan orang yang bodoh kalau terus-menerus menemui makhluk kerana ingin mendapatkan hartanya sementara engkau tinggalkan pintu Zat Pemberi Rezeki, Yang Maha Berkuasa dan Maha Kukuh.

Bolehkan engkau meminta pada makhluk yang fakir lalu meninggalkan Allah Yang Maha Kaya? Jika ingin mendapat pelbagai kurnia, tunjukkan kesusahan dan keperluanmu pada-Nya serta jangan sekali-kali menyandarkan kekuatan sesiapapun yang berada di sekitarmu.

Apabila engkau ingin mendapat bahagian seperti yang Allah berikan pada para wali-Nya dan apabila engkau ingin hidup mulia, mintalah keperluanmu pada Allah, arahkan keinginanmu pada-Nya serta sibuklah dengan-Nya.

Allah berfirman:

“Siapa yang bertawakal kepada Allah, nescaya Allah mencukupinya.” (At-Talaq : 3)

Ibn ‘Abbas berkata :

Pada suatu hari, ketika saya berada di belakang Nabi SAW, baginda bersabda : “Wahai anak muda, jagalah (hak-hak) Allah, pasti Allah menjagamu. Jagalah Allah, pasti Allah memerhatikanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah pada Allah. Jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah pada Allah. Ketahuilah bahawa seandainya umat ini berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu, hal itu tidak akan terwujud kecuali dengan takdir-Nya. Sebaliknya jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, hal itu takkan berhasil kecuali dengan takdir-Nya. Pena sudah kering dan lembaran juga sudah dilipat.” (H.R. Tirmidzi dan menurutnya sanad hadis ini sahih)

Saya mendengar Abu al-’Abbas al-Mursi berkata:

“Demi Allah, aku tidak melihat kemuliaan kecuali saat manusia tidak memerlukan makhluk dan saat ia boleh menjaga diri dari harta mereka.”

Perhatikanlah sentiasa firman Allah:

“Kemuliaan itu hanyalah milik Allah, milik Rasul-Nya serta milik orang-orang yang beriman.” (al-Munafiqun : 8)

Di antara kemuliaan yang Allah berikan kepada kaum mukmin adalah apabila ia menambatkan keperluan dan keyakinannya pada Allah, tidak pada yang lain.

Wahai saudaraku, Allah telah memakaikan padamu pakaian iman dan menghiasimu dengan perhiasan makrifat. Oleh itu, hendaklah engkau malu kepada Allah apabila lalai dan lupa sehingga terdorong pada dunia lalu meminta kebaikan orang lain.

Alangkah buruk andai seorang mukmin meminta keperluannya pada makhluk padahal ia mengetahui keesaan Allah dan mendengar firman-Nya:

“Bukankan Allah mencukupi hamba-Nya.” (az-Zumar : 36)

Di antara janji yang engkau perlu lakukan adalah engkau tidak akan meminta keperluanmu kecuali kepada Allah serta tidak akan bertawakal kecuali kepada-Nya.

“Hanya kepada Allah hendaklah kaum mukmin bertawakal.” (Ali Imran : 160)

Sebaik-baik permintaan seorang hamba kepada Tuhannya adalah memohon agar diberi sikap istiqamah bersama-Nya.

Allah berfirman:

“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus (istiqamah).” (al-Fatihah : 6)

Mintalah selalu petunjuk dan sikap istiqamah iaitu dengan sentiasa bersama Allah di setiap keadaan dalam naungan reda-Nya. Iaitu dalam naungan ajaran Nabi SAW seperti yang Allah firmankan:

“Terimalah semua yang diajarkan Rasul dan jauhilah semua yang dilarangnya. Bertawakallah kepada Allah. Sungguh hukuman Allah amat hebat.” (al-Hasyr : 7)

Orang yang sedang berjalan menuju kepada Allah dan mendekatkan diri dengan ibadat, ibarat orang yang sedang menggali perigi di dalam tanah sedikit demi sedikit hingga menemui mata airnya.

Setelah melakukan usaha dan perjuangan yang lama, akhirnya perigi itu memancarkan air. Adapun orang ditarik mendekati-Nya seperti orang yang menginginkan air lalu tiba-tiba awan dari langit menurunkan hujan sehingga ia mengambil air tersebut sesuai dengan keperluannya tanpa perlu bersusah payah. Ertinya, Allah telah menarik orang tersebut kepada-Nya.

Syeikh Abu al-Hassan al-Syadzili bercerita: Pada suatu hari, aku tinggal di pedalaman selama tiga hari. Ketika itu, tidak ada makanan yang boleh dimakan. Tiba-tiba beberapa orang Nasrani melalui di hadapanku. Mereka melihatku sedang tersandar.

Lalu mereka berkata: “Orang ini ulama kaum muslim

Kemudian mereka letakkan di atas kepalaku sepotong makanan kemudian berlalu pergi.

Sungguh ajaib. Bagaimana mungkin rezekiku berperantaraan dari musuh, bukan berperantaraan dari para kekasih, kataku ketika itu.

Tiba-tiba ada suara yang menjawab: Orang yang hebat bukanlah yang diberi rezeki dari para kekasih tetapi dari musuh.

Wahai hamba Allah, seringkali engkau menunjukkan rasa cinta dan lebih tertumpu kepada makhluk. Tetapi engkau amat jarang menunjukkan rasa cinta kepada Allah SWT. Seandainya dibukakan bagi engkau pintu untuk mencintai Allah, pasti engkau akan menyaksikan pelbagai keajaiban dan mendapat reda-Nya.

Rasa cinta kepada Allah dapat dibuktikan dengan menunjukkan ketaatan kepada-Nya, melaksanakan solat dua rakaat dimalam hari, membaca al-Quran, menziarahi orang sakit, menyolatkan jenazah, bersedekah kepada fakir miskin, membantu saudara muslim yang lain, mengadakan kegiatan yang baik, meyebarkan ilmu ataupun membuang duri di jalanan.

Pedang tidak boleh dipakai untuk berperang kecuali dengan bantuan lengan yang kuat. Demikian juga dengan amal soleh. Ia memerlukan seorang mukmin yang ikhlas dalam mengerjakannya.

Ibadat yang paling ringan yang boleh engkau pakai untuk menunjukkan rasa cinta kepada Allah adalah berzikir secara tulus. Kerana zikir itu boleh dikerjakan meskipun oleh orang yang sudah tua, oleh orang sakit yang terlantar, oleh pekerja yang sibuk dengan tugasnya ataupun oleh orang yang malas yang sedang berbaring di tempat tidurnya.

Allah berfirman:

“Apabila kalian telah menunaikan solat, berzikirlah kepada Allah, dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring.” (an-Nisa’ : 103)

Ketahuilah bahawa sesiapa yang mengarahkan cintanya kepada Allah, Allah juga akan menebarkan kemurahan kepadanya. Orang-orang yang berbuat baik akan mendapat kebaikan (yang setaraf) bahkan lebih daripada itu.

Tetapi aneh apabila seseorang lebih bersahabat dan lebih mencintai hawa nafsu padahal ia merupakan suatu malapetaka yang membuatkan manusia menyimpang dari bersahabat dan mencintai Allah.

Padahal Allah merupakan sumber kebaikan. Siapa yang benar-benar ingin berjalan menuju Allah, hendalah ia mempunyai tekad yang kuat.

Bila muncul pertanyaan, bagaimana caranya bersahabat dengan Allah?

Jawapannya, bersahabat dengan sesiapapun ada kaitannya. Bersahabat dengan Allah adalah dengan mengerjakan perintah-Nya, menghindari larangan-Nya dan bertawakal kepada-Nya dalam setiap urusan. Bersahabat dengan kedua malaikat (Raqib dan Atid) adalah dengan melakukan pelbagai amal kebajikan. Bersahabat dengan al-Quran dan Sunnah adalah dengan mengamalkan isinya.

Bersahabat dengan langit adalah dengan merenungkannya serta bersahabat dengan bumi adalah dengan mengambil pelajaran dari yang ada di dalamnya. Persahabatan tidak semestinya dengan melihat dan menyaksikannya.

Makna persahabatan dengan Allah adalah bersahabat dengan semua kurniaan dan nikmat-Nya.

Bersahabat dengan nikmat-Nya adalah bersyukur.

Bersahabat dengan ujian-Nya adalah bersabar.

Bersahabat dengan perintah-Nya adalah menghormati dan menunaikannya.

Bersahabat dengan larangan-Nya adalah menjauhi.

Bersahabat dengan ketaatan adalah bersikap ikhlas dan bersahabat dengan al-Quran adalah merenungkannya.

Sekiranya seorang hamba melakukan perkara-perkara itu, beerti ia telah menjalin persahabatan dengan Allah. Bila persahabatan terwujud, kedekatan juga akan diperolehi.

Oleh itu, wahai saudaraku jangan sehingga matahari terbit lagi sementara engkau belum menyembah Allah sebagai hamba yang tulus, setia dan menyintai-Nya.

Oleh itu, bersedekahlah setiap hari walaupun dengan 1/4 dirham sehingga Allah mencatatkan engkau dalam golongan orang yang senang bersedekah.

Bacalah al-Quran setiap hari walaupun hanya satu ayat agar Allah mencatatkan engkau dalam golongan orang yang senang membaca al-Quran serta lakukanlah solat malam walaupun hanya dua rakaat agar Allah mencatat engkau dalam golongan yang senang mengisi malam (qiyamullail).

Jangan sehingga berbuat salah dengan berkata: Mana mungkin orang yang hanya mempunyai makanan cukup untuknya bersedekah? Allah berfirman:

“Hendaklah orang yang mampu, memberikan menurut kemampuannya. Adapun orang yang terbatas rezekinya, hendaklah mengeluarkan sedekah dengan apa yang Allah berikan. Allah tidak memaksa seseorang kecuali sesuai kadar kemampuannya. Kelak Allah akan memberi kemudahan menghilangkan kesulitan.” (at-Talaq : 7)

Orang miskin yang diberi sedekah tidak ubah seperti makhluk yang sedang membawa bekalanmu menuju ke akhirat.

Oleh itu, mintalah mereka untuk membawakan bebanan yang engkau kehendaki agar pada hari kiamat nanti engkau pasti mendapatkannya.

Kadangkala seseorang dikirim untuk memberi engkau pelbagai nikmat. Hanya engkau mungkin buntu, tidak sedar dan tidak bersyukur. Engkau seperti bayi dalam buaian yang setiap kali diayun ia tertidur. Kerana setiap kali ditambah rezekimu, engkau tambah berpaling.

Andaikata seorang penguasa mengirim baju untukmu, mungkin engkau hanya berterima kasih dan memujinya. Oleh itu, engkau mesti segera berpindah kepada Tuan yang telah menganugerahkan segala kenikmatan kepadamu. Tinggalkanlah mereka yang tidak sanggup memberi manfaat kepada yang lain.

Manusia Sentiasa Berhajat Kepada Allah


Walau apa pun status kita di muka bumi ini kita sentiasa berharap kepada pertolongan Allah.

SEBAGAI seorang Muslim, kita mengakui bahawa kewujudan kita di alam ini didahului oleh tiada kepada ada. Kita hadir ke dunia ini dalam keadaan yang serba lemah dan tidak mengerti apa-apa, melalui proses kelahiran dari perut seorang ibu yang dicampakkan oleh Allah SWT perasaan sayang dan belas kepada anak yang dilahirkan.

Berbeza dengan Allah SWT yang tidak ada permulaan dan pengakhiran pada kejadian-Nya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Awal dan Maha Akhir, Maha Kaya dan Maha Penyayang.

Kejadian diri kita yang memerlukan sepenuhnya kepada Pencipta, mengingatkan kepada keperluan wajib diri kita kepada kurniaan dan pertolongan Allah SWT pada setiap waktu. Kebergantungan kita kepada Allah adalah hakikat diri kita yang semestinya diakui penuh sedar dan insaf oleh semua yang bernama makhluk.

Sheikh Ibnu Atoillah r.a mengungkapkan dalam kalam hikmahnya:

“Keperluan kamu adalah hakikat semulajadi bagi kejadian dirimu, sedangkan kemunculan pelbagai sebab mengingatkan kamu kepada sesuatu yang tersembunyi tentang hakikat tersebut, dan keperluan yang semulajadi itu tidak dapat diangkat oleh perkara-perkara yang mendatang”.

Lumrah manusia sering lupa dan alpa terhadap keperluan dan hakikat dirinya apabila dia sentiasa berada dalam keadaan sihat dan dapat memiliki segala keinginannya. Jauh sekali untuk mengakui kesilapan dan kelemahannya.

Oleh itu, Allah dengan sifat kelembutan dan pengasih-Nya menarik hamba-hamba-Nya kepada-Nya dengan rantai ujian dan pelbagai sebab seperti kefakiran dan kesakitan untuk mengingatkan mereka tentang keperluan hakikat dirinya yang tersembunyi itu kepada-Nya.

Sejarah membuktikan, bahawa inilah antara sebab yang menjadikan Firaun lupa terhadap keperluan dan hakikat dirinya, lalu mengaku dirinya adalah Tuhan. Sepanjang 400 tahun usianya, Firaun tidak pernah mengalami sakit kepala atau demam dan tidak pernah ditimpa penyakit-penyakit yang lain.

Sekiranya Firaun diberikan sedikit cubaan atau sakit kepala dalam satu-satu masa, atau demam panas sehari, sudah tentu dia tidak akan mendakwa dirinya sebagai tuhan.

Segala hal yang mendatang, seperti nikmat kesihatan dan kekayaan tidak akan dapat mengangkat keperluan hakikat diri seseorang hamba. Maka harus bagi Allah menghapuskan nikmat-nikmat tersebut dan menggantikannya denganujian dan cubaan kepada hamba-Nya.

Keperluan-keperluan ini tidak boleh terpisah dari seseorang hamba sama ada semasa di dunia atau akhirat, walaupun setelah memasuki syurga kerana hamba itu sentiasa berhajat dan bergantung kepada Allah selama-lamanya.

Apabila hamba itu diperingatkan dengan hal tersebut, maka dia akan kembali berdiri di atas landasannya dan melaksanakan pengabdian kepada Tuhannya.

Allah mencaci kaum-kaum yang merayu kepada-Nya ketika didatangi sebab-sebab yang menjadikan mereka begitu berkehendak kepada-Nya, tetapi apabila sebab-sebab itu tiada maka hilanglah rayuannya, sebagaimana firman-Nya:

Dan apabila seseorang manusia ditimpa kesusahan, merayulah dia kepada Kami (dalam segala keadaan), sama ada ketika sedang berbaring atau duduk ataupun berdiri. Dan manakala Kami hapuskan kesusahan itu daripadanya, dia terus membawa cara lamanya seolah-olah dia tidak pernah merayu kepada Kami memohon dihapuskan sebarang kesusahan yang menimpanya. (Yunus: 12)

Allah juga menjelaskannya dalam firman-Nya yang lain:

Maka apabila manusia disentuh oleh sesuatu bahaya, dia segera berdoa kepada Kami. Kemudian apabila Kami memberikannya sesuatu nikmat (sebagai kurnia) daripada kami, dia berkata (dengan sombongnya): “Aku diberikan nikmat ini hanyalah disebabkan pengetahuan dan kepandaian yang ada padaku”. (Tidaklah benar apa yang dikatakannya itu) bahkan pemberian nikmat tersebut adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (hakikat itu). (al Zumar: 49)

Oleh kerana akal orang awam tidak sampai untuk memahami tentang hakikat kewujudan mereka, maka Allah mendatangkan kepada mereka sebab-sebab yang membangkitkan keperluan mereka kepada Allah untuk memperkenalkan kepada mereka tentang keperkasaan rububiah-Nya dan keagungan ketuhanan-Nya.

Justeru, hendaklah kita sentiasa mengetahui tentang hakikat dan keperluan diri kita kepada-Nya yang setiap masa dan ketika.

Ketahuilah, saat seseorang hamba dapat melihat dan merasakan keperluannya kepada Allah merupakan sebaik-baik waktu baginya. Ini kerana pada waktu itu, terlaksananya hak ubudiah dan kamu dapat merasakan keagungan Allah Yang Maha Hebat.

Ia juga merupakan waktu seseorang hamba menjadi sempurna kerana sekadar mana terlaksananya ubudiah seorang hamba pada zahirnya, maka sebesar itulah penyaksian rububiah pada batinnya.

Serendah mana kehinaan diri yang dirasakan oleh hamba tersebut pada zahirnya pada waktu itu, setinggi itulah kemuliaannya pada batinnya.

Lihatlah kepada semulia-mulia makhluk Allah para Nabi a.s. Dengan apakah Allah berbicara tentang mereka atau namakan mereka jika tidak dengan ubudiah?

Allah berfirman dalam surah al-Israk ayat 1:

Maha Suci Allah yang telah menjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari.

Dalam surah Sod ayat 45, Allah berfirman:

Dan (ingatkanlah peristiwa) hamba-hamba kami Nabi Ibrahim dan Nabi Ishak serta Nabi Ya’qub.

Manakala dalam ayat yang lain Allah berfirman:

Dan ingatlah akan hamba Kami Nabi Daud, yang mempunyai kekuatan (dalam pegangan agamanya). (Sod: 17)

Nabi SAW, ketika disuruh memilih sama ada menjadi nabi seumpama raja atau nabi seumpama hamba, maka Baginda SAW memilih untuk menjadi nabi seumpama hamba. Ini menunjukkan bahawa semulia-mulia sifat manusia ialah perhambaan.

Dari hadis Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya telah turun kepadaku malaikat dari langit yang tidak pernah turun kepada seorang nabi pun sebelumku atau selepasku. Dia ialah Israfil AS. Israfil AS berkata: “Aku adalah utusan Tuhanmu yang memerintahkan aku supaya memberitahumu, “Adakah kamu ingin menjadi nabi yang bersifat hamba atau nabi seperti raja?” Aku melihat Jibril AS, dia menunjukkan isyarat supaya aku merendah diri. Maka sekiranya aku berkata, “Aku ingin menjadi nabi seperti raja, nescaya akan berjalan gunung-ganang pergi bersamaku menjadi emas”. (riwayat al Tabrani)

Dalam kepapaan atau saat kita memerlukan kepada Allah, akan menambahkan lagi nikmat dan kurniaan Allah SWT kepada kita. Justeru, sekiranya kamu mahu dihamparkan ke atasmu kurniaan-kurniaan Allah, hendaklah kamu benar-benar menyempurnakan kefakiran dan keperluan kamu kepada-Nya.

Allah menyertakan pertolongan-Nya dan kemenangan kepada hamba-Nya ketika hamba tersebut benar-benar memerlukan-Nya, merasakan dirinya hina, lemah dan serba kekurangan.

Perang Badar

Kemenangan yang diraih dalam perang Badar dan kekalahan perang Hunain telah membuktikannya. Allah berfirman:

Dan ingatlah semasa kamu dahulu sedikit bilangannya, lalu Allah menjadikan kamu ramai. (al-A’raf: 86)

Allah meletakkan kehinaan, kekecewaan, kekalahan dan tidak diberikan pertolongan ketika kamu merasa megah, merdeka dan kuat. Allah SWT telah berfirman:

Dan di medan perang Hunain, iaitu semasa kamu merasa megah dengan sebab bilangan kamu yang ramai; maka bilangan yang ramai itu tidak mendatangkan faedah kepada kamu sedikitpun; dan (semasa kamu merasa) bumi yang luas itu menjadi sempit kepada kamu; kemudian kamu berpaling undur melarikan diri. (al Taubah: 25)

Sebaik-baik waktu kamu juga ialah ketika kamu merasakan kehinaan diri kamu di hadapan-Nya kerana ia sebab kamu mendapat kemuliaan dan pertolongan daripada-Nya.

Setiap sesuatu itu tersembunyi dalam lawannya seperti kemuliaan tersembunyi dalam kehinaan, kekayaan tersembunyi dalam kefakiran, kekuatan tersembunyi dalam kedaifan dan sebagainya.

Ingatlah sabda Rasulullah SAW kepada Ibnu Abbas r.a:

“Ketahuilah, bahawa berkemenangan itu beserta dengan kesabaran, pelepasan itu beserta kesulitan dan di samping kesusahan itu ada kesenangan”.


Credit:
PANEL PENYELIDIKAN YAYASAN SOFA NEGERI SEMBILAN

Related Posts with Thumbnails